...
Kekalahan itu juga berlaku di cermin ini. Entah mendapat motivasi dari mana, yang jelas saat itu aku terus bersyukur. Senang. Ceritaku yang tidak menang itu, dimuat dalam kumpulan cermin yang diterbitkan oleh penyelenggaranya. Meskipun hanya sebuah cermin yang tidak lebih dari 10.000 karakter, cerita yang kubawa benar nyata. Aku menceritakan bagaimana rasa kehilangan kami alami saat kehilangan sahabat terbaik untuk selamanya. Kisah tentang Ristin, telah tercetak pada lembar buku yang harusnya sudah dibaca banyak orang. Dan, semoga, terlimpah doa di antaranya.
...
Tambahku buru-buru merasa pertanyaanku kurang jelas. Pesan-pesan itu centang satu selama sepersekian detik sebelum keduanya sama-sama centang dua. Masih abu-abu, tulisan ‘online’ muncul di bawah namanya. Tak menunggu lagi, aku keluar dari aplikasi itu. Menyesali apa yang baru saja kulakukan. Sebodoh apa aku hingga tidak tahu jika giliran kami ya memang Rabu depan. Karena itu kan, tugas-tugas segera diselesaikan.
Iya, Lit.
Pesan masuk terbaca di layar notifikasi. Dia membalasnya. Dengan gamang aku membuka aplikasi hijau itu. Ah, centangnya biru. Aku kembali meratapi kebodohanku dan kulanjutkannya dengan menuju layar status WhatsApp.
...
Aku ingin bertanya. Apa kalian bosan dengan kisahnya? Jujur, aku sendiri bosan. Berkutat di masa lalu yang kelabu memang menyesakkan. Tapi, fakta jika dia pernah singgah dan berbagi nama di ingatan tak bisa hilang. Cerita tentangnya masih banyak. Sangat. Mungkin tidak penting bagi kalian—ya memang sedari awal ada yang penting? Tapi bagiku, yang memiliki ingatan pendek ini, setiap detail potongan kisah sangat bermakna. Setidaknya, untuk kisah asmara, boleh ya kamu sedikit menjadi kenangan. Tidak di pikiran, melainkan di perasaan.
Apa? Mau cerita apa? Tentang bapak? Hm sebenarnya, kami juga bertemu di bulan maret itu. Tepatnya tanggal 18, siang hari. Aku benar-benar lupa seperti apa pertemuan kami saat itu. Apakah itu ketika bapak datang bersama Om Pan dan Om To? Atau ketika bapak yang menghampiriku ke portal depan gang kos? Aku lupa. Sudah kubilang kan ingatanku pendek. Yang jelas, obrolan di pesan teksku dan bapak, kami janjian bertemu di depan pintu keluar kampus di jalan Jawa. Faktanya, aku lupa.
Ada lagi?
Ada.
Tentang apa?
Bermacam-macam.
Yang jelas dong!
Baiklah. Aku akan bercerita tentang dia.
Lagi?
Ya.
Oh, shit.
...
Keyakinanku tentang cuaca di hari Jumat yang akan selalu panas terpatahkan dengan keadaan siang itu. Sudah sejak adzan duhur berkumandang, langit kota Jember masih mendung. Hampir pukul satu, hujan malah turun dengan derasnya. Aku tak henti-hentinya menghela napas. Untung aku sudah memerintahkan anak-anak untuk membawa mantel.
...
Kuusap layar gelap itu. Ah, hanya facebook. Kukira apa.
Briyani Eka Anggraini berulang tahun hari ini. Sampaikan sesuatu kepadanya!
Aku bangkit. Berpikir dua kali. Apa aku harus mengucapkan ulang tahun ke Briyani? Lewat apa? Inbox facebook atau ke berandanya? Sejak SMP kami rutin saling mengirim ucapan. Tanggal lahir kami berdekatan. Briyani 25 Maret, aku 26 Maret, besok.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar