Entah mengapa di tulisan sebelumnya aku kepikiran Rika--temen kuliah, dan malah nulis Rika yang dulu. Mungkin karena melihat kepribadian mereka yang jauh berbeda--setahuku. Lalu, aku pengen nulis lagi. Karena nggak nemu-nemu aku mencari nama teman sekarang yang sama kayak temen dulu aja. Yuk, bantu.
Defi? Aku nggak pernah punya temen nama Defi pake 'f'. Adanya Devi pake 'v'. Ada banyak malah. Lalu, Anisa. Ada banyak nama Anisa yang kukenal sekarang, tapi tidak dengan dulu. Hmm, Vera? Ada tapi cuma sepupu yang nggak begitu kenal. Rosie, Arifa, Anya, Dewi atau siapa lagi? Hikss. Oh, ada Dinda. Ah, tapi kalau Dinda nanti jadi serius dan butuh outline. Hehe. Warda, Yuniar, Ulfa, Cece, Rosy, dan trio Al juga ga ada. Eh, Alifia ada deng. Alif tapi. Cowo. Temennya Abang. Hm, boleh deh diceritain.
Ya, namanya Mas Alif. Dia berteman dengan masku di SMP. Saat itu aku masih SD. Aku lupa di kelas berapa yang jelas jarak umur kami 3 tahun.
Mas Alif ini suka main badminton atau bulu tangkis. Setiap sore dia main badminton di halaman rumah sama Mas. Dia ke rumahku gowes. Padahal jarak rumahnya jauh. Jarak rumah kami ke SMP mas saja sudah sangat jauh, apa kabar rumah Mas Alif yang berlawanan arah? Mas Alif ini sepertinya suka hal-hal yang menguras tenaga ya.
Jika ingatanku tidak salah, Mas Alif satu-satunya teman dekat masku dari SMP. Setelah pisah dengan teman-teman SD-nya karena dia tidak diterima di sekolah negeri, masku masih berkawan baik dengan teman-teman SD-nya. Iya, selain Mas Alif, aku tidak ingat ada teman lain di masa SMP masku.
Di ingatanku Mas Alif mengendarai sepeda gunung berwarna biru. Di pundaknya selalu ada tas berbentuk tabung yang isinya bola kok. Dia punya banyak kok karena ikut semacam pelatihan badminton yang di sana, kok sekali pakai dibuang. Kok-kok itulah yang dipakainya bermain di halaman rumahku.
Aku tidak tahu kapan aku bisa men-server kok. Dulu aku bodoh sekali. Adikku yang belum genap berumur enam tahun saja bahkan sudah bisa menangkap kok. Tapi, yang jelas aku dulu suka dan ingin menjadi atlit badminton. Ditambah eforia Thomas Cup dan Uber Cup yang bisa menarik perhatianku.
Saat aku telah masuk SMP, aku sadar aku tidak punya bakat atau privilege lain untuk menekuni bidang itu. Setiap main badminton di lapangan beneran, aku inget Mas Alif. Apa kabar dia ya? Aku tidak tahu dia melanjutkan sekolahnya kemana. Antara lupa tanya atau lupa jawabannya apa. Sampai sekarang, detik ini aku tidak tahu. Nggak seperti aku, mas jarang bercerita tentang teman-temannya. Sudah deh. Sekian. Kalo habis ini masih bad mood mending nulis lagi. Hehe.
Eh, satu lagi. Sejak kecil orang-orang sering salah sebut namaku jadi Alif, alih-alih Alit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar