Aku berada jauh dari kota kelahiranku. Tempat yang akan mengantarku ke segala lini keberagaman, kesakitan, kepayahan, kesedihan, kepahitan, dan tak lupa bentuk-bentuk kebahagian yang pasti akan muncul suatu saat nanti. Kurang tepat menyebut ini sebagai perantauan karena rumahku mampu ditempuh dengan dua jam perjalanan--jika di gunung tidak sedang macet.
Kak Ve menghubungiku subuh tadi. Dia kakak sepupu yang paling dekat denganku--sebenarnya istri dari kakak sepupuku, ipar. Katanya, keluarga kami akan datang setelah melayat ke salah satu kerabat yang meninggal di kota ini dan sekarang, kami tengah berkeliling menggunakan mini bus sewaan ini. Senang? Tentu saja. Meski hanya dua jam perjalanan, aku tidak dapat pulang setiap saat. Bahkan, meski aku memiliki tiga hari libur dalam seminggu, tak lantas membuatku pulang. Bayangan lelahnya menunggu angkot dan bus, lelahnya berkendara naik turun gunung, serta ongkos yang sebanding dengan sebuah novel best seller membuat aku menahan diri. Ah, kerinduanku kalah dengan logika 'pelit'ku ternyata. Siapa juga yang tak jadi 'pelit' pada dirinya sendiri setelah kehilangan banyak hal dari dan oleh dirinya sendiri?
Setelah menyantap bekal yang disiapkan bunda dari rumah di alun-alun kota, mereka berpamitan. Aku memasang senyum lebar sebelum mereka pergi seakan mengatakan 'aku baik-baik saja' dan tentu aku baik-baik saja.
Setelah bertarung dengan ego, tinggal di sini adalah hal yang sangat aku syukuri. Menyecap bangku perkuliahan dengan 'sedikit' menekan orang tua serta memeras lebih banyak keringat dan perasaan membuatku menjadi sedikit lebih dewasa. Yah, paling tidak daripada keempat sahabatku--menurutku.
Meski bagi mereka, aku tetap menjadi Mala yang dulu, Mala yang setahun lalu masih gila Korea, Mala yang cerewet, Mala yang periang, Mala konyol yang tak punya malu, Mala yang selalu menerima bulian dengan lapang, Mala yang suka bermimpi, Mala bodoh yang tak tahu jatuh dari tingginya mimpi itu sakit, Mala yang... semua berbeda, kawan. Aku tahu, waktu mengubah segalanya. Tapi demi kalian, aku tetap sama, menjadi Mala yang kalian kenal. Mala yang juga suka membuli Hana, Mala yang suka mengomeli Ame, Mala yang selalu kepo dengan kisah cinta Aryn, Mala yang selalu merasa membutuhkan dan dibutuhkan Vera untuk sekedar bicara dan membuka luka lama.
Satu hal lagi, aku tak sepenuhnya meninggalkan dunia k-pop. Sekarang saja telingaku telah tersumbat lagu salah satu boyband--lagu hebat yang baru aku temukan minggu lalu.
"I wonder if you hurt like me." Aku mencoba menghafal judul yang sangat panjang itu.
Sambil berbaring dan meresapai setiap lirik yang--untungnya--aku mengerti tanpa harus melihat terjemahannya. Sial, kenapa harus sesakit ini mendengar lagunya? Kenapa juga ada lagu yang seakan-akan dibuat untuk menemaniku menikmati butiran air yang menyiksa dari mata? Kenapa aku harus menemukan lagu sialan ini?
"Mae ireul useu nikka...
Utneun moseub man boyeo ju nikka... naega...
Haengbok han julman ana bwa..."* raungku tertahan ketika lagu itu sampai dititik tertinggi yang menusuk relung hati. Aku tak bisa bernapas.
Utneun moseub man boyeo ju nikka... naega...
Haengbok han julman ana bwa..."* raungku tertahan ketika lagu itu sampai dititik tertinggi yang menusuk relung hati. Aku tak bisa bernapas.
"Eotteohke useo...
Naega eotteohke useo...
Niga eobt neundae...
Useo do useo do...
Nunmuri tto heulleo..."**
Naega eotteohke useo...
Niga eobt neundae...
Useo do useo do...
Nunmuri tto heulleo..."**
Aku tak kuat lagi. Setelah berpura-pura didepan keluarga dan sahabat-sahabatku aku tak bisa menyembunyikannya lagi dari diriku sendiri. Kucabut paksa earphone di telinga. Acuh dengan dendang lagu yang masih samar terdengar di sepinya senja. Kubenamkan wajah pada bantal, berdoa semoga semua penghuni kos tak mendengar isakkan bodoh ini.
*Because I smile every day
Because I show my smiles
They think I am happy
Because I show my smiles
They think I am happy
**But how can I smile, how can I smile without you
I smile and I smile but tears flow again
I smile and I smile but tears flow again
Tidak ada komentar:
Posting Komentar