Senin, 11 Mei 2020

Kos dan "Jancok"


Selamat malam~

Pernah tahu atau dengar 'jancok'? Harusnya sih iya. Kayaknya jancok sudah sangat populer di banyak kalangan. Dulu, buatku itu kata yang, aww, nggak deh. Fyi, aku mencatat baru 3 kali misuh atau berbicara kotor selama sebelum kuliah--awal kuliah juga engga sih.

Nah, dulu pertama kali masuk ke kos yang aku tempati sekarang, tulisan jancok menyambut kedatanganku dan bapak di pintu kulkas ruang tengah. Eng, agak sedikit nggak suka. Lebih tepatnya, takut. Orang-orang macam apa yang tinggal di sini? Dan waktu itu, bapak sudah srek dengan kosnya. Sepertinya beliau tidak menyadari ada kertas bertuliskan kata-kata itu. Aku lupa kalimat apa tepatnya, yang jelas umpatan itu muncul dengan himbauan utuk jangan mengambil makanan yang bukan milik.

Karena kata-kata itu, awal masuk kuliah aku tidak berani menaruh apapun di kulkas. Tidak juga mendekat ke ruang tengah untuk sekedar menonton TV. Teman-teman kos yang sudah di tahun akhir kuliah, sangat menakutkan. Mereka berlima teman sedari SMA, semacam squad gitu. Aku pernah sangat sebal ke mereka. Selain karena obrolan atau kegaduhan yang mengganggu, mereka suka menggunakan sabun-sabun dan barangku tanpa permisi. Apalagi, makenya keterlaluan. Pernah ya, penwangi pakaianku dipake tanpa ijin. Nah, pas aku lihat bekas makenya, itu satu timba penuh air masih warna biru. Tuhan, bisa-bisanya ya mbak-mbak gitu?

Hari-hari selanjutnya masih sama. Sabun cuci piring yang kutaruh botol selalunya hilang. Ya emang sebagian dipake temen-temen juga, tapi yang kumaksud hilang itu, hilang barangnya. Botolnya sekalian gitu. Belum lagi masalah perkakas yang dipake seenaknya. Teflon yang sampe gores dan lain-lain. Apalagi kalo habis make nggak dibersihkan, padahal pernah loh salah satu dari mereka ngasih tahu ke aku kalo habis make barang orang dibersihkan. Ahzzz. Dan yang paling epic sih hilangnya baju, sendal, perkakas masak dan barang-barang yang di luar kamar.

Lama-lama aku geram. Suatu hari kutulis peringatan di tempat cuci piring untuk memakai sabun secukupnya. Lalu, besoknya mbak-mbak saling tanya. Aku nggak ngaku karena ya mereka nggak tanya langsung ke aku. Kayaknya mereka juga nggak serta merta nuduh aku kok. Ada semacam 'respect' yang mereka beri ketika ketemu aku secara langsung. Saat itu sudah ada beberapa penghuni baru selain aku.

Satu per satu mbak-mbak kos lulus. Salah satu pindah dan hanya tersisa satu orang. Tapi, hal-hal buruk yang seperti kubilang sebelumnya masih terus terjadi. Padahal, aku tahu betul mbak yang tersisa itu nggak melakukannya. Dia jarang di kos. Sekalinya berkegiatan di kos juga pake barangnya sendiri. Jadi, apa mungkin mbak-mbak yang udah lulus pelakunya?

Beberapa waktu yang lalu, saat kos sudah sepi karena kondisi bumi yang sedang sakit, salah satu teman kos--iya kali ini beneran teman, mengeluh kehilangan ayam. Sebenarnya dia sering kehilangan makanan atau bahan masakan di kulkas. Aku sendiri, meski tulisan 'jancok' sudah tidak ada masih jarang menyimpan sesuatu di sana. Ya, untuk mengurangi resiko-resiko itu. Temanku itu curiga dengan bapak yang bersih-bersih. Itu karena saat ayamnya hilang, dia sedang sendirian di kos dan sebelum bapak itu datang, ayamnya masih utuh. Karena tidak mau ikut menuduh, aku tidak langsung membenarkan itu.

Sampai akhirnya hari ini. Aku mendapati sabun-sabun hilang. Bahkan rupa sabun mandi batangan yang aku ingat betul baru ambil yang baru sebelum  meninggalkan kos raib. Sabun cuci-cuci juga nggak ada sekalian botolnya. Salahku sih nggak mengamankannya dulu. Juga, botol sampo yang udah kosong. Apa-apaan sih kok pada ilang semua? Nggak ada orang di kos. Dan meski ada, aku satu-satunya yang menggunakan kamar mandi itu. Kamar lainnya punya kamar mandi dalam, sedang kamar sebelahku yang nggak berkamar mandi dalam sedang kosong. Jadi, pikiranku menjurus ke bapak-bapak itu.

Ah, jahat. Tapi aku hanya berpikir saja. Jangan-jangan dan jangan-jangan terus muncul di pikiran. Hmm, mungkin saja himbauan 'jancok' kala itu nggak ditujukan ke penghuni baru melainkan ke bapak itu. Ya gimana ya, saat aku masuk aku satu-satunya penghuni baru. Lainnya sudah pada deket itu. Masa iya buat 'squad'nya sendiri? Baju, panci, sabun-sabun di botol, apa ulah bapaknya? Entah dibuang, entah dipakai, apapun itu sangat merugikan orang lain.

Ah, jancok. Kos sangat sepi hari ini. Suara hujan yang menyebalkan di sore tadi sedikit membuat takut. Terakhir kali di kos, saat itu hujan lebat juga. Lampu mati-matian. Petir dan kilat bersahutan. Untung ada adik keponakan yang menemani. Aku tidak bisa membayangkan jika waktu itu sendiri. Ya seperti sekarang ini. Sendiri. Untungnya, senyapnya malam kali ini tidak semenakutkan sore tadi. Meski beberapa lampu luar yang biasanya otomatis menyala di malam hari tidak hidup, tapi paling tidak tidak ada hujan atau hal-hal yang mengganggu lain.

Tahulah, apa maksudku. Jadi ya begitu, iya  semacam itu. Tapi, aku yakin kosku aman saja. Hal-hal yang mengganjal tidak perlu kuceritakan dan mungkin memang tidak ada. Ah, anjir jadi kepikiran yawloh. Duh, kah hiks~

Aku dulu tidak sepenakut ini astaga. Dulu, awal tinggal, mbak-mbak belum di kos karena memang belum waktunya. Aku yang harus ospek dan mengurus berbagai tetek mbengek sudah stay duluan. Sendiri dan beradaptasi dengan keheningan dan kesepian. Melawan ketakutan tanpa merasakannya. Ah, saat itu saat semangat menuntut ilmu sedang menggebu.

Ya sudah, sudah cukupin saja dulu kisah kali ini. Lagi-lagi, sebentar lagi jam 00.00. Batas antara... Antara... Antara... Hari ini dan besok, artinya challenge hari ke 11 ditutup. Sudah ah, semoga malam ini semua baik-baik saja. Bye~


11 05 20
11 46 00

1 komentar:

  1. Waduh ngeri fenomena sabun hilang, tapi yg justru saya pikirin itu sabun buat apaan cobaan? Sebagai lelaki, ini begitu mencurigakan hehe.
    Jadi inget juga dulu pas kuliah tingkat awal2 ngekosnya di dekat Jembatan Cincin yg terkenal angker itu.

    BalasHapus