Jumat, 22 Mei 2020

Tentang Teman dan Pertemanan


Halo, selamat malam~

Pada kesempatan kali ini, aku ingin berkisah perihal teman dan pertemanan. Emh, tapi sepertinya aku nggak banyak bercerita tentang circle pertemanan saat ini. Hahaha, cenderung menyedihkan dan menyesakkan. Ya, meski nggak seluruhnya sih tapi tetap saja ada luka dari manusia-manusia yang sering kusebut 'teman'.

Teman? Pertemanan? Ah, sila cek kbbi apa artinya yang jelas semua orang punya pengertian sendiri-sendiri untuk itu. Serta berbagai pertimbangan kenapa seseorang bisa dan pantas disebut teman atau hanya teman. Ah, apa sih.

Bagaimana dengan sahabat? Hm, pengertiannya hampir sama dengan teman hanya saja lebih sempit dan cringe sekarang ini. Hahaha iya, kubilang sekarang cringe karena aku dulu adalah penganut aliran sahabat > teman.

Baik, aku baru menjeda tulisan ini untuk memastikan sesuatu dan ya, aku kehilangan kesempatan lagi. Lagi lagi dan lagi. Dengan alasan yang sama. Sepertinya terlalu lama bersikap bodoh bikin bodoh beneran. Ah, sudahlah. Menyesal adalah teman lamaku.

Ah iya teman. Awalnya tadi, aku ingin bercerita tentang kiprah dan jalan cerita pertemanan abangku. Bagaimana dia menghadapi teman-temannya. Baik di masa sekolah dasar, menengah pertama atau kejuruan. Aku kenal dengan teman-teman TK-nya karena kami satu lingkungan. Pun, di sekolah dasar, tiga tahun kami satu sekolah. Jadi, mudah saja mengetahui siapa-siapa temannya. Apalagi, aku dan seorang teman--dulu kupanggil sahabat-- yang kakaknya kebetulan teman Abang, sering mengunjungi kelas mereka. Sok-sokan ngamen pas uang jajan habis. Abang yang tergolong anak nakal di masa kecilnya, lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman-temannya itu.

Di SMP lain lagi. Teman-teman SD Abang masuk ke SMP negeri dekat rumah. Kelak jadi SMP ku juga. Sedang Abang sekolah di SMP swasta yang jauh sekali dari rumah. Salah satu teman dari SD yang bersekolah di SMP swasta itu namanya Putri. Ahaha, kakakku namanya Putra btw. Putri ini kakaknya temenku juga. Emh, sahabat~. Aku nggak banyak tahu temen-temen Abang waktu itu. Kalo nggak pas main ke rumah ya nggak kenal. Tapi ada satu orang yang kuinget banget. Namanya Mas Alif. Hampir setiap sore dia main badminton di halaman rumah. Kadang aku ikut gabung ngerecokin gitu. Seingetku rumah Mas Alif sekitaran SMP mereka. Itu artinya rumahnya jauh juga kan ya. Kelas satu dan dua, baik Abang atau Mas Alif kemana-mana masih pake ontel. Seru gitu pertemanan mereka. Tapi, setelah lulus SMP aku nggak pernah denger cerita tentang Mas Alif lagi.  Kayaknya aku pernah nanya kabarnya ke Abang, tapi lupa apa jawabannya.

Di masa SMK, Abang kembali dipertemukan dengan kawan-kawan masa kecilnya termasuk kakak temanku dulu. Tapi, ketika aku melihat-lihat foto di galeri hapa Abang waktu itu, nggak ada foto bersama teman-teman lamanya itu. Ah, jadi bahas Abang endingnya ya. Ah, udah ah. Ga bisa mikir kronologis kisah tentang Abang. Padahal hal yang paling ingin aku ceritakan tadi tentang teman yang menghianati Abang pas kerja. Teman SD--jatohnya jadi kakak kelas karena kelas 3 kakak nggak naik kelas hehe. Ya, saking jahatnya itu orang, aku sampe pernah bikin puisi akrostik dari namanya. Saat itu aku belum terlalu familiar sama karya sastra. Dan aku yakin meski saat itu aku post puisi dari akronim namanya di semua sosmed, dia atau orang-orang yang mungkin mengadu ke dia nggak akan tahu. Ah, menyebalkan sekali.

Sama seperti saat ini sih. Alih-alih ke teman, aku lebih kesal dengan diriku sendiri. Aku, dan masalah pertemananku saat ini, nggak lain kayaknya karena aku deh. Ah, menyebalkan. Ingin berkata kasar. Ah. Udah dulu ah. Kalo memungkinkan nanti, akan aku tulis lanjutan sekaligus membahas topik tentang apa yang baru terjadi. Hm, padahal aku sudah punya ide untuk besok. Yaudah gpp sih. Dah dah dah. Ngantuk bye~

Salam sedih dan kecewa dari aku yang bodoh dan mengulang-ulang kesalahan. Cheers and see on another chance :))
22 05 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar