Rabu, 06 Mei 2020

Mencoba Ikut Tarawih Lagi



Halo, apa kabar? 

Malam ini, (iya malam, malam banget sudah) aku ikut solat tarawih. Hm, bukannya mengabaikan anjuran pemerintah sih, aku paham betul gimana kemungkinan efek atau dampak ketika kemungkinan terburuk dari pandemi Covid-19 ini terjadi, tapi aku sedang ingin. Toh, nggak ada sentuhan fisik sama orang lain. Musala juga diberi jarak tiap oang. Aku tetap waspada kok.

Sebenernya, aku santai aja enggak ke musala. Toh, banyak tugas dan hampir setiap hari ada kuliah online yang malam. Belum lagi mata yang lengket serta perut yang kenyang, membuat kata malas teralibi dengan physical distancing. Tapi, semalam saat nggak sengaja papasan sama kerabat yang baru balik dari masjid, beliau tanya kok nggak pernah kelihatan. Aku jawab lagi banyak tugas, jadi ga main ke rumahnya. Mbak itu bilang, maksudnya kok nggak ke musala. Aku cuma jawab dengan hehe. Nggak mau nyebut physical distancing lagi, toh mbak itu juga sama-sama tahu. Nanti malah dikira sok. Padahal ya emang masyarakat sekarang pada agak longgar sama intensitas menjaga diri. Aku sih contohnya, nah itu buktinya ke musala.

Sebenarnya rindu banget sama Ramadan. Tarawih dan tadarus, dua hal rutin yang nggak tahu kenapa seakan wajib. Padahal kalo kupikir, rukun Islam kan hanya lima, dan itu tidak termasuk. Ah, gamau banyak-banyak bahas agama. Takut. Ya mungkin aku dulu sangat rajin dan sekarang malas. Gitu aja, sederhananya.

Lalu, sekarang? Kenapa engga? Gara-gara corona?
Iya, corona. Kalo nggak ada pun aku punya seribu alasan untuk malas. Ah, buruk. But, people changes. Losing someone changes me a lot. I don't know how, but it's true. Apalagi, mataku yang minus ini. Iya engga parah. Tapi, aku belum benerin kacamatanya. Jadi, mau gabung darus malas. Wong baca sendiri suka keliru kalo pas ketemu bacaan yang asing. Terus bacanya juga mepet-mepet gitu lihatnya. Dan lagi di musala lampunya redup. Rada insecure juga sih sama anak-anak paud yang udah jago baca Quran.

Untuk hari ini, aku sudah berniat tarawih. Kalo tugas menulis aksara Sansekerta itu selesai aku tarawih. Dan ya, aku berangkat. Sampai musala, tidak sampai sepuluh orang jamaah perempuan di dalam. Menyusut hampir 50 persen dari terakhir aku ikut jamaah tarawih, seminggu yang lalu mungkin. Aku mengambil saf nomer tiga paling pinggir. Sebelahku hanya ada satu orang. Tetangga sekaligus kerabat. Canggung, beliau memulai obrolan.

"Libur berapa hari Mbak Alit?" tanyanya. 
"Bulanan, Budhe." Jawabku singkat.
"Libur, nggak solat yo?"
"Ha?" sesaat kemudian, aku baru ngeh kalo beliau mempertanyakan absennya aku saat tarawih. 

Selanjutnya aku menjelaskan dengan dengan bahasa krama yang awur-awuran karena malu dan bingung. Elah, aku jelasin tentang jadwal kuliah yang tetep kayak biasanya juga nggak peduli. Mau bilang physical distancing apalagi. Apa harus aku jawab malas? Haha itu hanya satu dari sekian orang yang suka mengabsen prihal ibadah orang lain. Padahal, budhe itu biasanya tidak begitu. Sepertinya tadi cuma iseng nanya, aku aja yang baper kali. Lainnya Budhe itu, masih banyak orang-orang yg julid asli. Untung karena physical distancing ini persebaran mereka tidak mendominasi seperti sebelum-sebelumnya.

Sudah ah, jari cape gegara ngetik terus kayak habis pitil roti cok. Apalagi pake hape gini. Mbenggang rasanya. Sampe scroll timeline aja ngilu wkwk.

Rabu, 6 Mei 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar